Kamis, 21 Maret 2013

Download History Of Persebaya and Bonek

Untuk mendapatkan password silahkan kirim sms ke 085648517612


  • History of Perssebaya


  • The Phenomenons of Bonek


Link Download 





Persebaya 1927

25 Agustus 2013 

 PERSEBAYA vs PSIR

Mengenal Tokoh-tokoh Bonek


Hamin Gimbal

                Dikalangan pendukung fanatic PERSEBAYA, nama Hamin Gimbal tentu sangat familier.  Pemuda yang lahir di Bangkalan Madura ini dikenal sebagai dirigen BONEK bertandem dengan Okto Tyson.  Rambutnya yang gimbal dan kebiasaan memakai rok hijau gaya skotlandia di padu dengan sepatu bot roligan menjadi ciri khas seoran Hamin Gimbal ketika berdiri di tempat khusus dirigen, memimpin puluhan ribu BONEK.

                Kecintaan Hamin terhadap PERSEBAYA sudah berawal dari kecil.  Meskipun, dia bertempat tinggal di Madura, namun Hamin kecil tak pernah absent menonton PERSEBAYA bertanding.  “ Walaupun saya berasal dari seberang pulau, tapi saya selalu menyempatkan datang ke stadion untuk menonton PERSEBAYA.  Kadang saya tidak pamit orang tua.  Namun lambat laun orang tua mendukung penuh,” ujar Hamin.  Baginya, BONEK memiliki arti totalitas dan loyaitas dalam mendukung tim kesayangannya PERSEBAYA Surabaya.  “ Loyalitas dan totalitas tanpa mengenal waktu.



Okto Tyson

Tatapan matanya agak ajam, wajahnya terlihat garang, tubuhnya gempal mirip dengan perawakan Mike Tyson.  Begitulah sekilas penampilan Okto.  Namanya tidaklah asing di kalangan pendukung fanatic PERSEBAYA.  Maklum dia adalah dirigen BONEK.  Pria yang bernama lengkap Okto Kepernahum Henukh ini lahir di Surabaya 25 Oktober 1979.

                Berawal dari inisatif untuk menambah kreatifitas dan kekompaakan, Okto memberanikan diri menjadi komandan BONEK untuk bernyanyi dan menampilkan aksi kreatifitas.  Sebagai sosok yang mengkoordinir puluh ribuan BONEK untuk bernyanyi, tugas Okto sangatlah berat.  Ia di tuntut harus mampu menjaga ketahanan semangat dan emosi puluhan ribu BONEK dalam mendukung PERSEBAYA.  Aksi gerakan tangan , suara yel-yel, sampai teriakan dukungan BONEK selalu dikoordinir dan dipantau olehnya.  Hal ini agar semua gerakan dan aksi kreatif BONEK mania terlihat rapi dan kompak.  Dibalik kegarangan penampilannya, Okto sanagtlah cakap dan pandai dalam berbicara atau berdiskusi.  Pemuda alumnus Bisnis Admiistrasi UPN veteran Surabaya ini, tak jarang di undang untuk ON AIR di radio atau TV.  Dari pengalaman panjang menjadi dirigen supporter terbesar di tanah air, nama Okto semakin popular di kalangan Pendukung Klub liga Indonesia.  Ia pernah dipercaya memimpin delegasi supporter Jawatimur dalam jambore suorter Indonesia di Bali pada tahun 2007.



Cak dul Panglima BONEK 1988

                Sejarah berbondong-bondongnya suporter PERSEBAYA pada laga final Kompetisi perserikatan 1988 di Stadion Senayan Jakarta tidak bisa dilepaskan dari sosok H. Abdullah.  Pria yang akrab disapa Cak Dul ini dikenal sebagai panglima perang BONEK mania pada akhir 1980 an.  “ Dulu belum ada istilah dirigen atau korlap.  Teman-teman suporter banyak yang menyebut panglima perangnya BONEK.  Tapi ini bukan ditujukan  untuk berseteru dengan supporter musuh, istilah panglima ini hanya untuk mengkoordinir supporter sebagai pengganti ketua,” Kata Cak Dul.

                Ia banyak menceritakan kebesaran dan aksi nekat supporter PERSEBAYA di kompetisi terdahulu.  Menurut Cak Dul, BONEK adalah bentuk spontanitas arek-arek Suroboyo yang mengalir darah sporadic dan radikal, semangat juang menaklukan stadion manapun untuk menunjukan kepada khalayak masyarakat tentang jati diri dan identitas supporter seutuhnya.  Baginya, tidak ada kelompok supporter lain dinegeri ini yang melakukan tindakan radikal dan nekat selain BONEK.

                Hal yang paling berkesan bagi Cak dul adalah ketika ia dengan berani dan nekat naik ke atap stadion senayan untuk memasnag spanduk raksas sepanjang 60 meter yang bertuliskan “ KAMI HAUS GOL KAMU PERSEBAYA “.  Seisi stadion bergemuruh dengan tepukan tangan ketika Cak Dul mulai menaiki atap sampai ia berhasil memasang spanduk itu.  Ini tidak ada pemain yang cidera, tidak ada aksi fenomennal dari pemain dan tidak ada momen menarik di lapangan melainkan teriakan dan applause dari seluruh penonton itu di tujukan kepada aksi nekat seorang suporeter PERSEBAYA yang mampu memanjat atap Stadion Senayan setinggi 15 meter.  Suporter PERSEBAYA itu adalah Cak Dul yang dulunya berambut gondrong dan konon dijadikan icon gambar BONEK di Koran Jawapos.



Supangat Koordinator Tretetet 7000 BONEK
  
                Disadari atau tidak, Supangat yang dikenal sebagai announcer pertandingan PERSEBAYA, sedikit banyak mengetahui perjalanan panjang tim yang berjuluk bajol ijo ini.  MeskI kini usia beliau hampir 60 tahun, namun semangat bapak 3 anak dan 1 cucu ini masih berkobar seperti 39 tahun yang lalu.  Kala itu  Supanagat baru saja bekerja di radio Gelora Surabaya.  Tugasnya saat itu bukan langsung menjadi penyiar pertandingan, melainkan sebatas memutar lagu-lagu.  Baru tiga tahun sesudahnya dia dipercaya untuk berbicara di depan mikrofon untuk menyiarakan jalannya petandingan PERSEBAYA.   84 tahun perjalanan PERSEBAYA, hampir separuh lebih Supangat mengetahui sejarah PERSEBAYA.

                Mulai dari pasang surut prestasi hingga supporter PERSEBAYA atau BONEK.  Pria berkacamata ini sedikit banyak menceritakan aal muasal nama BONEK.  Pada tahun 1986-1987 PERSEBAYA masuk final di senayan.  Lawan yang dihadapi adalah PSIS Semarang.  Demi mendukung tim kesayangan suporter ber tret tret ke Jakarta , Supangat mempunyai ide memberangkatkan supporter dengan jalan darat.  “ setelah berkoordinasi dengan semua pihak , kami akhirnya menggunkan bus” terang supangat.  Antusiasme supporter yang ingin mendukung timnya begitu luar biasa.  Hasilnya, sekitar 7000 suporter terdaftar.  Masalah timbul ketika Supangat dan rekan-rekannya, hanya bisa menyediakan sekitar 100 bis.  Ini berarti masih kurang 36 bis lagi untuk mengangkut supporter.  Memberangkatkan 7000 orang ternyata buka soal yang mudah.

Supangat menceritakan betapa ia kekurangan orang untuk mengkoordinir banyaknya supporter.  “ sampai- sampai, tukang potong rumput saya jadikan pemimpin rombongan “, kata pria yang pernah menjadi  ring announcer perebutan gelar juara kelas bantam WBC International antara petinju indoonesia Wongso Indrajit dengan Edel Geronimo dari Fiiphina 1988 ini.



Wastomi Suheri The legend of Suporter

                Dunia persepak bolaan nasional khusunya para pendukung PERSEBAYA tidak ada yang tidak mengenal sosok yang satu ini.  Penampilannya sederhana dan ceplas-ceplos khas arek Suroboyo.  Dialah Wastomi Suheri lahir pada tanggal 30 Juni 1953 di Desa Suko Wilangun Kecamatan Kalipare Kabupaten Malang.  Wastomi dikenal sebagai seorang anak yang gigih dan mandiri.  Pada tahun 1961, ketika usia masih dini yakni 8 tahun , ia memberanikan diri merantau ke kota Surabaya dengan tujuan untuk mendapatkan hidup yang lebih baik.  Ketika sampai di Surabaya , ia harus bertahan hidup dengan cara  mengadu nasib menjadi anak jalanan.  Selama di Surabaya ia tidak punya rumah, yang dijadikan tempat berteduh dari panas dan hujan .

                Sehari-hari yang dilakukan adalah menjual Koran dan mengamen .  Wastomi pun mendapatkan pelajaran sekolah dasar harus dengan mengintip proses belajar di SD Tambak Sari Ngundu,.  Meski tidak mengenyam pendidikan resmi, Wastomi sangat menekankan pendidikan kepada anak-anak nya.  

                Sejak kecil Wastomi sangat senang dengan olahraga khusunya sepak bola.  Sehari-hari hidup dikawasan Tambak Sari membuat kecintannya terhadap sepak bola semakin mendalam.  Rasa cinta dan fanatisnya dilimpahkan untuk PERSEBAYA.  Setiap PERSEBAYA bertanding di Stadion Tambak Sari ia tidak pernah melewatkan untuk hadir.  Fanatismeya terhadap PERSEBAYA ini bertahan sampai sekarang, sampai memilik 5 orang anak.

                Sebagai BONEK, pengalaman Wastomi sangatlah banyak.  Dari berbagai pengalaman ini, hal yang paling berkesan adalah ketika ia berhasil menggergaji 12 pintu yang ada di Tambak Sari hanya untuk memasukan teman-temannya yang tidak punya uang untuk membeli tiket pertandingan.  Ia akhirnya di tangkap 2 jam setelah pertandinagn dan di tahan polisi selama 2 hari.

                Dari catatan panjangnya menjadi BONEK, banyak kalangan yang menganggap Wastomi sebagai bapak e BONEK.  Ia sangat di segani di kelompok supporter PERSEBAYA.  Pria yang akrab di panggil abah ini juga dikenal sebagai salah satu pendiri YSS.

Kamis, 14 Maret 2013

Filosofi Salam Satu Nyali


Dalam perjalanannya, masyarakat Indonesia mengenal BONEK sebagai kelompok suporet fanatic dan berNYALI. BONEK tidak pernah absent dalam mendampingi PERSEBAYA bertanding dimanapun. Hal ini kemudian dielaborasikan dalam sebuah jargon salam SATU NYALI WANI. Salam itu mendefinisikan bahwa memiliki ikatan persaudaraan yang tinggi dengan mengedepankan  spirit keberanian namun tetap santun dan beretikadalam mendukung perebaya bertanding. Sejalan dengan apa yang disampaikan proklamator Ir Soekarno bahwa martabat sebuah Negara hanya bergantung pada NYALI dan keberanaian. Maka BONEK pun ingin menunjuka bahwa semangat mereka tidak pernah surut dalam mengiringi PERSEBAYA bertanding., sekalipun harus mengarungi ganasnya samudera, berjejaran di atas kereta api , berpeluh keringat, menahan rasa sakit, bersimbah darah hingga mengorbankan nyawa. NYALI atau keberanian tidaklah gampnag untuk dimiliki seseorang. Sun Tzu ( ahli strategi perang yang terkenal ) berujar aku bias memberikan seluruh jurus silat kepadamu, tapi aku tidak bisa memberikan NYALI kepadamu. Dengan bermodalkan NYALI dan spirit nasionalisme , arek-arek Suroboyo mampu mengusir para penjajah dari Surabaya. Demi mendukung PERSEBAYA untuk meraih kejayaan, spirit satu NYALI akan terus terpatri di benak para BONEK mania hingga akhir jaman.

Stadion Persebaya



Stadion adalah panggung dari permainan sepak bola. Panggung yang menjadi tempat di mainkannya si kulit bundar oleh 22 pemain dan di saksikan puluh ribuan penonton. Panggung yang memperlihatkan kedahsyatan sepak bola. Ada aksi pemain dalam mendribbling dan mencetak gol, ada aksi wasit untuk senantiasa memberikan keadilan dalam permainan sepak bola. Dan juga ada aksi kreatif dan heroik dari suporter. Hingga seorang pemimpin besar Afrika Nelson Mandela menyebut stadion sebagai rumah ibadah bagi para penggemar sepak bola.

                Pada umumnya, stadion merupakan kandang dari sebuah tim. Kita banyak mengetahui stadion-stadion legendaris dan bersejarah. Ada stadion Maracana yang sangat bersejarah bagi Timnas Brazil. Ada stadion Wembley yang memberikan kenangan manis dan pahit timnas Inggris. Ada pula stadion Olimpico yang mengiringi perjalanan panjang squadra Italia. Begitu juga dengan tim Green Force PERSEBAYA yang memiliki kandang Gelora 10 Nopember Tambaksari.

Stadion Gelora 10 Nopember terletak di daerah tambak sari Surabaya dan merupakan salah satu stadion legendaris di Indonesia, yang memiliki catatan histories cukup panjang . Catatan sejarah menyebutkan , lapangn ini menjadi saksi berkumpulnya arek-arek Suroboyo sebelum menggeruduk Hotel Yamato yang dikenal dengan insiden Tunjungan 1945, peristiwa perobekan bendera Belanda yang berwarna biru dan berganti menjadi merah putih yang berkibar.


Dulunya Stadion Gelora 10 Nopember mampu menampung penonton hingga 80 ribu orang. Pada Agustus tahun 1969, ketika Jawa Timur sebagai tuan rumah PON VII, Danrem kol. Acub Zainal dengan menghimpun dana dari undian lotto surya berhasil membangun dan mempercantik Stadion Gelora 10 Nopember. Akhirnya setelah renovasi yang kedua kalinya pada tahun 1993, stadion ini berkapasitas 35000 penonton. Sebelum perang Piala Dunia II, ketika masih bernama Soerabaia Indonesische Voetbal Bond ( SIVB ), persebaya seringkali latihan dan menjalani pertandingan menggunakan lapangan pasar turi (sekarang menjadi pasar turi). Sedangkan SVB (Soerabaia Voetbal Bond), klub Surabaya yang didirikan pemerintahan Belanda, memakai lapanagn Tambak Sari, yang juga disebut stadion A. saat itu  di Tambak Sari terdapat 3 lapangan yaitu stadion B untuk latihan dan kompetisi antar klub lokal yang sekarang menjadi lapangan Persebaya di JL. Karanggayam no.1 kemudian stadion C untuk pertandingan dan kompetisi SKVB () kantor, yang sekarang menjadi gedung gelanggang Remaja di Jl. Bogen. Stadion A kini menjadi Gelora 10 Nopember yang direnovasi sejak 1969.

Lapanagn Persebaya kini diapakai untuk latiahan tim Persebaya, selain itu juga dipakai untuk latihan Persebaya junior dan kompetisi internal Persebaya. Stadion Gelora 10 Nopember sendiri saat ini dipakai untuk latihan dan bertanding tim Persebaya dan juga sebagai homebase Persebaya.

Rekor  Penonton di Stadion Gelora 10 Nopember

                Ketika Persebaya bertanding di Stadion Gelora 10 Nopember, para pendukung Persebaya elalu hadir membanjiri stadion. Stadion Gelora 10 Nopember memiliki rekor jumlah penonton yang spektakuler dalam sejarah sepak bola nasional. Rekor-rekor itu diantaranya adalah :

PERSEBAYA VS PSIS Kompetisi Perserikatan 1987-1988

                Pertandingan antara PERSEBAYA Surabaya melawan PSIS Semarang di Kompetisi Perserikatan 1987-1988  terjadi pada tanggal 11 Januari 1988. Bentrok antar 2 tim yang saat itu merupakan rival bebuyutan ini mencatat rekor jumlah penonton terbesar sepanjang sejarah kompetisi sepak bola Indonesia yaiut sekitar 70.000 penonton. Fanatisme suporter Persebaya yang membanjiri Stadion Gelora 10 Nopember pada pertandingan sampai saat ini belum mampu terpecahkan oleh suporter manapun di Liga Indonesia.

PERSEBAYA VS AJAX AMSTERDAM  Uji Coba Tahun 1975

                Pertandingan uji coba anatara PERSEBAYA Surabaya VS AJAX AMSTERDAM  dilaksanakan pdaa tanggal 11 Juni 1975. Meskipun berlabel uji coba, namun antusiasme penonton untuk menyaksikan pertandingan ini sangat tinggi . Terbukti sekitar 60.000 orang memadati stadion Gelora 10 Nopember Surabaya. Pertandingan ini berakhir dengan kemenangan Ajax 3-2. Saat itu Ajax banyak diperkuat pemain-pemain timnas belanda yang menjuarai Piala Eropa 1974. Persebaya turun dengan skuad, yaitu Didik Nurhadi, Burhan Harharap, Lukman Santoso, Subodro, Rusdi Bahalwan, Ngurah G. Rai, Nyoman Witarsa, Hamid Asnan, Jacob Sihaale, Abdul Kadir, Hartono.

PERSEBAYA (KlubTiong Hoa) VS STADE DE REIMS Uji Coba Tahun 1956 

                Pada tanggal 24 Juni 1956, persebaya yang di wakilkan kepada Klub Tiong Hoa menjalani pertandingan uji coba melawan klub raksasa dari Eropa. Ketika itu Tiong Hoa baru saja tampil sebagai juara Kompetisii Persebaya Kelas 1, maka Persebaya memberikan kehormatan kepada klub Tiong Hoa untuk melawan Stade De Reims. Klub dari Prancis itu benar-benar hebat. Stade De Reims pernah dua kali masuk final Piala Champion Dalam 2 petndingan final itu, Stade De Reims dua kali kalah dari Klub Raksasa dari spanyol Real madrid. Pada final tahun 1956 kalah 3-4 dan pada tahun 1959 kalah 0-2. Stadion Tambak Sari saat itu penuh sesak hingga penonton meluber sampai ke pinggir lapangan. Pertandingan yang di saksikan sekitar 50.000 penonton ini di menangkan  dengan skor tipis 0-1.

Rekor Pengamanan di Gelora 10 Nopember

Pertemuan antara Persebaya Surabaya dengan arema Malang yang berlabael derby JATIM selalu diwarnai atmosfer panas dan tak jarang berakhir rusuh. Pada tanggal 16 Januari 2010 pertandinagn lanjutan ISL (Indonesia Super League) di Gelora 10 Nopember surabaya mencatat sejarah baru dalam penerjunan aparat keamanan. Tak kurang 3500 personel keamanan yang terddiri dari Polri dan TNI diterjunkan untuk mengamankan pertandingan super Big Match itu. Jumlah aparat keamanan ini merupakan rekor pengamanan terbesar sepanjang pergelaran kompetisi sepak bola di tanah air. Pengamanan pertandingan ini hampir sama dengan Big Match di daratan Eropa atau Amerika.

Kandang Baru


Pada tahun 2008 di bangunlah Stadion Gelora Bung Tomo. Stadion ini merupakan kandang baru Persebaya. Pada tanggal 6 Agustus 2010 Gelora Bung Tomo di resmikan.


Kota               : Surabaya Jawa Timur

Kapasitas        : 55.000 Tempat duduk

Tipe Stadion    : Stadion Madya (Olympic)

Kategori          : A




Stadion Gelora Bung Tomo terletak di Surabaya Barat tepatnya di Jl. Jawar, Simpang Tiga Benowo, Pakal. Jawa Timur yang merupakan kandang masa depan dari klub Persebaya Surabaya. Stadion ini merupakan salah satu stadion terbesar Indonesia yang memiliki kapasitas kurang lebih 55.000 tempat duduk.

Pembangunan stadion ini melewati 3 tahapan proses


  • Pembangunan Pondasi
  • Pengerjaan stadion utama
  • Pengerjaan Stadion indoor dan masjid


Akses menuju ke stadion cukup mudah, dapat melalui Bandara Juanda maupun Pelabuhan Tanjung Perak. Lokasi stadion juga mudah diakses dari segala penjuru arah. Lokasi tersebut dapat dijangkau menggunakan sarana transportasi kendaraan pribadi seperti sepeda motor, mobil maupun angkutan umum (angkutan kota dan kereta api).

Berlokasi di kawasan Benowo, Surabaya Barat, stadion utama Gelora Bung Tomo berada disuatu kompleks olah raga yang diberi nama Surabaya Sport Center (SSC), berikut diantaranya terdapat sebuah stadiun indoor, masjid, dan direncanakan memiliki stadion atletik dan sirkuit yang memiliki standart fasilitas yang tinggi. Untuk penonton, disediakan tiga kelas, diantaranya standar, VIP, dan VVIP.

Gelora Bung Tomo memiliki 21 pintu masuk di sekeliling stadion. Masing-masing pintu memiliki dua akses menuju ke tribun. Banyaknya akses itu, dirancang agar gerak penonton bisa lebih leluasa dan nyaman, pintu masuk dibuat berkelok-kelok seperti ular agar penonton tertib saat memasuki stadiun serta melewati sebuah ruangan khusus yang menjadi tempat “screening” atau tempat pemeriksaan barang bawaan.
Didalam stadion, Khusus untuk kelas standart bisa menempati kursi yang terbuat dari beton. Meski begitu, penonton tetap dibuat nyaman. Sebab, setiap “tangga” duduk penonton dirancang selebar 80 cm. Dengan demikian, penonton bisa duduk enak karena alas duduknya lebar.
Fasilitas lain yang tidak ketinggalan, tersedianya toilet yang lokasinya tidak jauh dari tempat duduk penonton. Toilet itu merata di beberapa penjuru stadion. Hal ini akan mempermudah bagi penonton.



SSC juga menyediakan tempat yang khusus menjual makanan dan minuman. Lokasinya berada di lantai satu. Penonton bisa leluasa mengakses lantai satu dan tribun selama pertandingan. Lain halnya dengan penonton kelas VIP dan VVIP. Untuk kedua kelas itu, SSC menyediakan fasilitas plus. Tiket kelas VIP dijual khusus, nanti bisa beli di lokasi maupun dengan cara online. Di sana penonton kelas ini disediakan tempat duduk menggunakan kursi sejenis sofa yang empuk. Kursi tersebut menghadap langsung ke arah lapangan.
Kapasitas kelas VIP terbatas, hanya 4.370 tiket. View-nya bakal istimewa karena berada di lantai 4-7. Untuk VIP, disediakan toilet khusus yang tidak tercampur dengan penonton kelas standar.
Lain lagi penonton kelas VVIP. Penonton diberi pelayanan seperti di hotel. Kelas istimewa itu disediakan khusus untuk tamu-tamu penting seperti pejabat negara atau yang lain. Penonton kelas VVIP ditempatkan di ruangan khusus yang terpisah dari penonton lainnya.
Untuk kelas tersebut, hanya tersedia delapan ruangan. Kapasitas masing-masing ruangan beragam, bergantung kepada tipenya. Ada yang superior, ada pula yang standar. Secara keseluruhan, kelas VVIP hanya menampung 130 penonton.
Di dalam ruangan disediakan sofa dan meja layaknya ruang tamu. Masing-masing ruangan diberi pelayan yang siap menyediakan segala sesuatu yang diminta tamu tersebut. Bahkan, untuk memesan makanan dan minuman, disediakan interkom yang tersambung langsung dengan pelayan.

Serba-Serbi Tentang Persebaya



Revolusi nama PERSEBAYA

Cikal bakal persebaya adalah SIVB yang didirikan pada tanggal  18 juni 1927. SIVB berdiri sebagai tandingan  SVB yang didirikan pemerintah kolonial Belanda. Kalau SVB beranggotakan klub-klub keturunan Belanda  seperti HBS,exelsiou,THOR, Ajax, Zeemacht atau landmacht. Sedangkan SIVB didukung oleh klub-klub pribumi semacam Maroeto, Sinar Kota, PS Hizbul Wathan, Tjahja Laoet, REO, Al fauz . Menjelang masuknya tentara Jepang pada awal tahun 1940 an , SIVB berganti nama menjadi Persibaya (Persatuan sepakbola Indonesia surabaya). Pada awal tahun 1960 an berganti nama menjadi Persebaya. Sejak saat itu nama persebaya di pakai sebagai nama resmi klub kebanggahan arek-arek Surabaya.


Trio lini Depan terhebat Era 1950-an


Pada pertengahan 1940 hingga awal 1950 an , persebaya memiliki Trio penyerang terhebat yang pernah ada dalam kompetisi sepak bola Indonesia . Mereka adalah Liem Tiong Hoo,Bhe Ing Hien dan Tsee San Liong. Memiliki kecepatan,akurasi umpan, tendangan yang mematikan dan haus gol. Trio penyerang ini berperan besar dalam membawa Persebaya juara kompetisi perserikatan berturut-turut 1951 dan 1952.


Trio Belakang Depan terhebat Era 1950-an

Selain memiliki barisan penyerang yang haus gol, persebaya era 1950 an juga memiliki pertahanan yang tangguh. Mereka adalah Sidik, Sidi dan Sadran yang di samping piawai dalam menjaga pertahanan juga dikenal memiliki umpan terukur dan tendangan jarak jauh yang akurat.


Juara kompetisi Perserikatan

Persebaya pernah juara kompetisi perserikatan sebanyak 4 kali pada tahun 1951,1952, 1977-1978 dan 1987-1988. Persebaya yang juara tahun 1951 dan 1952 dilatih oleh Dr. Nawir dengan materi pemain bintang seperti Januar Pribadi, Tse an Liong, sidik dkk saat juara 1977-1978 persebaya di latih oleh J,A Hatu dan M. Basri den punggawa eperti Hadi Ismanto,johny fahamsyah sedangkan pada saat menggenggam tahta tahun 1987-1988 persebaya di arsitek i oleeh M.Mibach, Kusmanhadi dan Nino Sutrisno dengan deretan pemain seperti I gusti  Putu Yasa, Muharram Rosdiana, Rae Bawa


Juara Liga indonesia terbanyak

Persebaya pernah menjadi juara liga indonesia divisi utama sbanyak 2 kali yaitu 1996-1997 dan 2004. ini merupakan terbanyak dalam sejarah liga indonesia yang di mulai sejak 1994. Prsetasi 2 kali juara ini hanya bisa di samai oleh persik kediri . Pada juara edisi 1996 – 1997, persebaya di besut oleh trio pelatih rusdy bahalwan, subodro, dan ibnu graham dengan bintang di antaranya jackson f tiago, yusuf ekodono , sugiantoro dkk. Dan ketika juara tahun 2004 persebaya di arsitek i jackson f tiago dengan materi pemain seperti kurniawan , cristian carasco , danillo fernando dkk, persebaya juga pernah menggenggam juara divisi I tahun 2003 dan 2006.


Julukan Bajul Ijo dan green Force muncul

Pada final kompetisi perseikatan 1987-1988, julukan green force dan bajul ijo mulai di sematkan untuk persebaya. Julukan ini berawal dari permainan persebaya yang fenomenal hingga menembus final. Selain itu persebaya dikenal dengan kostum kebesarannya berwarna hijau, sedangkan buaya ( jawa : bajul) adalah salah satu lambang kota Surabaya. Julukan bajol ijo dan green force ini kemudian di populerkan oleh surat kabar jawa pos dan media lokal terbitan Surabaya.


PERSEBAYA Melawan tim dari luar negeri

Persebaya pernah berhadapan dengan kesebelasan dari luar negeri di antara nya adalah
Tahun 1952 PERSEBAYA vs Timnas Olimpiade Yugoslavia
Tahun 1953 PERSEBAYA vs Sturm Grasz ( Swiss )
Tahun 1954 PERSEBAYA vs Kalmar ( Swedia )
Tahun 1955 PERSEBAYA vs Grasshoppers ( Swiss )
Tahun 1955 PERSEBAYA vs Salzburg ( Austria)
Tahun 1955 PERSEBAYA vs Timnas Malaysia
Tahun 1955 PERSEBAYA vs Lokomotiv Moskow ( Rusia)
Tahun 1955 PERSEBAYA vs Timnas Mozambique
Tahun 1956 PERSEBAYA vs Stade de Reims ( Prancis)
Tahun 1964 PERSEBAYA vs Timnas Uruguay
Tahun 1975 PERSEBAYA vs Ajax Amsterdam ( Belanda)
Tahun 1975 PERSEBAYA vs PSV Eindhoven ( Belanda)
Tahun 1994 PERSEBAYA vs AC milan ( Itali)
Tahun 1995 PERSEBAYA vs PSV Eindhoven ( Belanda)
Tahun 2012 PERSEBAYA vs Kelantan FC ( Malaysia)
Tahun 2012 PERSEBAYA vs QPR ( Inggris)


Stadion legendaris Indonesia

Stadion Gelora 10 Nopember yang terletak di daerah Tambak Sari, Surabaya merupakan salah satu stadion yang bersejarah di indonesia. Stadion yang menjadi kandang persebaya ini dulunya merupakan lapangan sepak bola terbuka. Pada tahun 1969 ketika jatim menjadi tuan rumah PON VII, Danrem kol. Acub Zainal dengan menghimpun dana undian Loto Surya berhasil membangun stadion dengan nama Gelora 10 Nopember. Pada zaman itu ,stadion ini tergolong termegah di tanah air selain Senayan. Pada awal dibangunnya stadion gelora 10 nopember memiliki kapasitas hingga 75.000 penonton, namun setelah mengalami renovasi beberapa kali akhirnya mampu menampung 40.000 penonton.

Ketua Umum Dari Masa ke Masa

·         1943 - 1955 Dr. Soewandi
·         1956 - 1960 Kolonel Soenyoto
·         1960 - 1964 Kolonel F. Soedono
·         1964 - 1967 Brigjen Moedjajin
·         1967 - 1975 Kolonel Djoko Soetopo
·         1975 - 1977 Ahmad Soekamto
·         1977 - 1982 Kolonel Djoko Soetopo
·         1983 - 1984 Kolonel Maryakub
·         1984 - 1985 Letkol Toebagus Mochtar
·         1985 - 1987 Letkol Soegardjito
·         1987 - 1991 Poernomo Kasidi
·         1991 - 1995 Poernomo Kasidi
·         1995 - 2002 Soenarto Soemoprawiro
·         2002 - 2006 Bambang DH
·         2006 - 2008 Arif Afandi
·         2008 - 2010 Saleh Ismail Mukadar

Prestasi Dari Masa ke Masa

Prestasi Dari Masa ke Masa Perseriktan

·         1938 -          Runner-up, kalah dari VIJ Jakarta
·         1942 -          Runner-up, kalah dari Persis Solo
·         1950 -          Juara, menang atas Persib Bandung
·         1951 -          Juara, menang atas Persija Jakarta
·         1952 -          Juara, menang atas Persija Jakarta
·         1965 -          Runner-up, kalah dari PSM Makassar
·         1967 -          Runner-up, kalah dari PSMS Medan
·         1971 -          Runner-up, kalah dari PSMS Medan
·         1973 -          Runner-up, kalah dari Persija Jakarta
·         1977 -          Runner-up, kalah dari Persija Jakarta
·         1978 -          Juara, menang atas PSMS Medan
·         1981 -          Runner-up, kalah dari Persiraja Banda Aceh
·         1987 -          Runner-up, kalah dari PSIS Semarang
·         1988 -          Juara, menang atas persija
·         1990 -          Runner-up, kalah dari Persib Bandung

Turnamen
·         1970 -          Juara Turnamen Internasional Piala Aga Khan di Bangladesh
·         1977 -          Juara Suratin Cup Junior
·         1990 -          Juara Piala Utama
·         2001 -          Juara Suratin Cup Junior

 

Piala Permai

·          2011 -         Menang dengan agregat 4-3 atas Kelantan FA

 Liga Indonesia
·         1995 -      Posisi ke-9, Wilayah Timur
·         1996 -      Posisi ke-7, Wilayah Timur
·         1997 -      Juara Divisi Utama
·         1998 -      Peringkat ke-1 Wilayah Timur, kompetisi dihentikan
·         1999 -      Runner-up
·         2000 -      Posisi ke-6, Wilayah Timur
·         2001 -      Semi final Divisi Utama Mundur dalam pertandingan melawan PKT Bontang. 
·         2002 -      Degradasi ke Divisi Satu
·         2003 -      Juara Divisi Satu, Promosi ke Divisi Utama
·         2004 -      Juara Divisi Utama.
·         2005 -      Mundur dalam babak 8 besar
·         2006 -      Juara Divisi Satu, Promosi ke Divisi Utama
·         2007 -      Posisi ke-14, Wilayah Timur (Tidak lolos ke ISL)
·         2008 -      Posisi ke-4 (Play-Off).
·         2009 -      Lolos ke ISL
·         2010 -      Degradasi ke Divisi Utama
·         2010 -      PERSEBAYA pecah jadi 2
·         2011 -      PERSEBAYA 1927 menjadi juara LPI
·         2012 -      Menjadi Runner up LPI di belakang Semen Padang

Liga Champions Asia

·         1998 - Babak pertama (masih bernama Piala Champions Asia)
·         2005 - Babak pertama .